"..jemari, pena dan tinta kini terkomposisikan agar engkau
mewangi hingga ke surga. Bukan tentang asmara kan kita berbicara tapi
tentang sebuah kemuliian yang Allah anugerahkan untuk kalian..
Untuk kalian kupilih kata-kata yang bersahabat di jiwa dan
semoga sulaman kata-kata tersebut mampu memekarkan kuncup-kuncup bunga
keimanan.."
***
Segala puji bagi Allah ‘azza wajalla yang telah menyempurnakan langit
tanpa tiang dan menjadikan taburan bintang sebagai pelengkap indah dan
pesonanya.
Semoga shalawat dan salam tetap tercurah teruntuk sosok yang begitu
mulia dan dicinta penduduk bumi dan langit, dialah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam..
>>Makhluk Mulia nan Penuh Misteri....
Hal pertama yang kukabarkan padamu bahwa engkau adalah sosok yang
dimuliakan oleh Allah dan Rasul-Nya. Namun kukatakan pula bahwa engkau
adalah makhluk nan penuh misteri. Lihatlah disana literatur-literatur
bertumpuk membahas tentangmu sebagai makhluk yang berbeda dengan kaum
kami. Engkaulah topik yang menjadi inspirasi sekaligus menjadi
kuncup-kuncup nan mempesona dalam menggerakkan pena dan tinta para
penulis. Sekiranya seluruh pendapat dan pandangan yang tertuju padamu
dihimpun menjadi satu maka tidak akan pernah tertampung dalam buku tebal
nan berjilid-jilid. Dan tentu saja wahai belahan jiwa kaum kami,
pembicaraan tentangmu tidak akan pernah gersang atau pun usang seiring
musim silih berganti..
>>Pecahan-pecahan Emosional yang Menenteramkan....
Duhai saudariku yang mulia..
Ketika aku berbicara tentang kaummu maka aku sedang menyelami sisi
emosional yang umumnya dijadikan pijakan dalam berpikir oleh kaummu
sendiri, bukan dengan nalar. Kukatakan demikian karena Allah telah
menganugerahkanmu sisi emosional yang lebih dominan daripada nalar.
Sisi emosional ini pun bereaksi lebih cepat dari nalar. Porsi emosional
yang ada pada kaummu pula lebih besar dibanding yang ada pada kaum
kami laki-laki. Adakah Allah ‘azza wajalla menzalimi kita dengan
perbedaan porsi tersebut??
Aku harap engkau mampu menemukan jawabannya dengan menyusuri untaian
kalimatku sehingga bertambah kecintaanmu pada Allah. Bertambah
kekuatanmu dalam manghadapi ganasnya badai di samudera kehidupan dan
bertambah pula kekokohan pribadimu bak karang yang tak goyah dihempas
ombak..
>>Curahan Kasih Sayang yang Mengharukan...
Penaku selanjutnya akan mengajakmu berkunjung ke negeri Mesir di zaman
Fir’aun. Dialah seorang raja yang memerintahkan pengawalnya untuk
membunuh seluruh bayi laki-laki yang lahir saat itu. Maka ibunda Musa
khawatir akan putranya yaitu nabi Musa kecil nan mungil. Lalu, Najiyah,
ibunda musa menuliskan kalimat-kalimat pada setiap pojok peti berbentuk
kubus yang didalamnya berisi musa kecil. Peti itu akan dihanyutkan di
sungai guna menyelamatkan anaknya.
Di sisi pertama ia menulis: “duhai Rabb, kuletakkan sambungan jiwaku dalam peti ini, seperti yang Kau perintahkan.”
Di sisi kedua ia menulis: ”ya Rabb, kuhanyutkan buah hatiku ke sungai, seperti yang Kau perintahkan.”
Di sisi ketiga ia menulis: ”ya Rabb, arus sungai akan membawa jantung hatiku ke tepian, seperti yang Kau perintahkan.”
Pada sisi keempat ia menulis: ”ya Rabb, kembalikanlah dia kepadaku, seperti yang Kau perintahkan.”
Selanjutnya pada sisi penutup peti, ia menulis: ”ya Rabb, jadikanlah ia rasul-Mu, seperi yang Engkau janjikan.”
Lalu berlinaglah air mata cinta. Berdukalah hati yang tengah tersayat. Duh penaku tak sanggup lagi berkisah.
Saudariku,
Lihatlah Najiyah, ibunda Musa, dengan perasaan keibuannya yang begitu
tinggi, ia rela menghanyutkan sang putra di sungai agar selamat dari
kekejaman Fir’aun. Tentulah gesekan-gesekan gelombang cinta dalam
jiwanya sedang berkecamuk untuk menolak tindakannya itu. Namun apalah
daya. Akankah naluri keibuannya tega melihat leher putranya mengalirkan
darah??? Tidak, tidak, tidak.. Musa kecil harus seger diselamatkan.
Itulah salah satu luapan sisi emosional kaummu yang Allah anugerahkan dengan porsi yang dominan daripada kaum kami.
>>Percikan Bahagia Penuh Cinta...
Dengan anugerah sisi emosional yang dominan, engkau akan mampu bersikap
penuh perasaan dan kasih sayang terhadap suamimu. Engkau mampu
mengusap air mata kami yang berlinang karena sedih lalu menggantikannya
dengan senyum dan tawa bahagia, menghilangkan duka dan lara,. Engkau
mampu memberikan sentuhan lembut kala raga begitu lelah berterik
mentari di arena kehidupan, lalu menggantikan dengan sejuk jiwamu.
Engkau akan cantik dan bak permata akan menyenangkan mata suamimu
terkasih dan tentu saja menjadi perhiasan terindah yang menjadi dambaan
lelaki, lalu surgapun engkau dapatkan.
Engkau pula (dengan sisi emosionalmu) akan mendidik makhluk Allah yang
mungil baik dari kaummu sendiri maupun dari kaum kami. Engkau akan
mendidik mereka menjadi kesatria-kesatria tangguh dan berilmu syar’i.
Mereka akan berteriak dari masa depan yang cerah dengan berkata :
“ibuuuuuu, aku telah menghafal al-qur’an,"
"Buuuundaaaa, anakmu ini udah menghafal hadist-hadist nabi-Nya,"
"aku sudah fasih berbicara bahasa arab, mamaaaa."
"Umiiiii, aku ingin tinggal di surga..”
Subhanallah kawan, engkau begitu agung. Namun ma’afkan aku, tarian
penaku harus terhenti disini karena hitam bola mataku mulai berkaca.
Sekian kawan,
Dari kaum Adam budiman yg menghargai kaum kita,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar