Khem, kau adalah bagian dari inspirasiku untuk kembali menulis, ini adalah salah satu kisah dari kumpulan cerpen yang sudah terbentuk dalam sebuah Buku ...
SEKEJAP KHIDMAT, PENGGUNCANG 'ARSY
Oleh : Ana Haninah Billini
Dibawah naungan langit malam dengan
segala hiasan indah tiada tara, diatas hamparan bumi dengan segala lukisan
panjang yang terhampar, kehangatan mentari pagi, panas matahari siang yang seolah
membakar kulit dan dinginnya semilir angin malam, merupakan bagian dari bukti
keagungan cinta Allah, ya malam itu kota Solo begitu sejuk, awan tebal
menyelimuti hampir seluruh bagian kota, aroma tanah akibat gemercik rintikan
hujan dari langit yang membasahi bumi, sesekali terdengar siulan pepohonan yang
diterpa keramahan sapaan angin malam yang seolah bertasbih memuji keagungan
sang ilahi yang telah mengaruniai titik demi titik air dari langit.
Persis jam 21.00 aku sampai dikomplek pondok setelah lelah
seharian manghabiskan waktu dengan tumpukan rutinitas kuliah, membina santri,
mengisi halaqoh-halaqoh dan setumpuk amanah dakwah yang lain, aku adalah pemuda
kelahiran Jombang yang diamanahkan oleh almarhum ayahku untuk melanjutkan
pendidikanku di kota ini sekaligus mengabdikan diriku di salah satu Pondok
sahabat ayahku Pondok Qalbun Salim tepatnya didaerah Solo.
“sendirian lagi Hafidz?”
sapa seorang penjaga kepadaku, sudah puluhan tahun beliau
mengabdikan dirinya di pondok ini, beliau asli Malaysia Hasan namanya, aku
hanya tersenyum dan mengangkat alisku tanda sepakat.
“tak terasa ya, sudah hampir 5 tahun kau disini, sudah seperempat abad
alias 25 tahunan la umurmu tu, kapan kau sempurnakan agama kau tu Fidz?”
tambahnya lagi dengan logat Malaysianya, pertanyaan yang
seolah menambah penatku.
“Nanti kalau waktunya Pak, dia ada pada kuasa Allah”
jawabku santai, walau sebenarnya akhir-akhir ini
pikiranku sedang berkecamuk memikirkannya “Haah macam mana kau ni, jodoh itu
seperti rezeki kalau kau tidak berusaha untuk menjemputnya ditangan Allah, ya
selamanya dia ditangan Allah”
jawabnya membuatku semakin gundah.
“saya percaya, dia tidak kemana-mana kok pak”
jawabku lagi dengan senyum sambil terus berusaha
menyembunyikan kegundahan itu
“hahah memang Fidz, tapi kalau kamu sama sekali tidak
melakukan apa-apa, dia tidak akan kemana-mana, masih la ditangan Allah dan
tidak akan menjadi milikmu”
Beliau berlalu meninggalkannku dengan kegusaran, aku tak
bisa menafsirkan apa yang kurasakan kala itu.
“Ya Allah” desahku panjang, sambil kutundukkan wajah
kusapu keringat dingin yang membanjiri wajah dan terus melanjutkan perjalan
menuju bilikku, pertanyaan tadi membuat malam ini lebih panjang dari
malam-malam sebelumnya, aku kehilangan rasa penatku. Malam itu aku habiskan dengan
do’a disela-sela sujud panjang, berharap agar Allah memudahkan urusanku.
Hari-hari selanjutnya aku kembali pada aktivitasku,
tentu dengan semangat dan tambahan
prioritas menjemput bidadari, seorang yang mau mendukung da’wahku, memberiku
semangat dengan senyumnya ketika semangat yang kumuliki mulai redup, seorang
bidadari yang siap menjadi pendampingku, menerimaku sebagai imamnya, sejak
malam itu semangatku untuk memperbaiki diri dan menghasilkan karya nyata timbul
berkali-kali lipat dari yang biasanya hingga akhirnya aku utaran maksud itu
kepada seorang dosen yang terbilang dekat denganku di kampus berharap dia bisa
memberiku bantuan akan masalahku ini.
“ada! ana punya kenalan dia mahasiswi di jurusan farmasi
yang sekarang sedang mengejar S2nya akhlaknya indah, teduh parasnya, brilian
otaknya, mantab ilmu agamanya, luas pergaulannya, dahsyat perstasinya, hebat
kontribusinya, luar biasa dia perfect muslimah kalau menurut ana Fidz”
Aku tersenyum tanpa komentar mendengar beliau menjelaskan
tentang si perfect muslimah itu.
“Tapi tidak mudah kalau antum ingin dapatkan dia Fidz,
antum harus siap-siap, dia impian banyak pemuda, tentu dengan pribadi seindah
itu, dia juga selektif dalam memilih pasangan hidupnya”
Sambil tersenyum Ust.Yusuf menjelaskan, aku percaya Allah
akan memampukan hambanya yang tidak mampu, apalagi sekarang niatku ingin
beribadah kepadaNya.
“Siapa namannya Ust.?” tanyaku memberanikan diri
“Afroh Kamilah, bagaimana kau sanggup? Aku langsung yang
akan membantumu jika kau bersedia,
pastinya tidak mudah untuk mendapatkan sesuatu yang istimewa”
Sambil menepuk pundakku Ust.Yusuf memberi penjelasan,
selang beberapa hari baru ku tau bahwa ust.Yusuf ini adalah satu-satunya
keluarga Afroh di Solo dia gadis Asli Bandung.
Aku mengangguk sambil tersenyum “InsyaAllah Ust. saya
siap!” jawabku pasti.
Ust.Yusuf memintaku untuk membuat tulisan singkat tentang
siapa aku dan bagaimana perjalanan hidupku untuk memudahkan proses pengenalanku
dengan Afroh aku mengangguk pasti tanda sepakat.
Akupun berusaha memburu informasi tentang siapa itu Afroh Kamilah, dari berbagai sumber
yang aku dapatkan memang benar apa yang disampaikan oleh ust.Yusuf dia adalah
perfect muslimah masa kini, banyak pemuda yang menaruh hati dan berharap
kepadanya.
Beberapa bulan ini aku sering menghabiskan waktuku di
Kampus dibandingkan di Pondok karena aku harus mempersipakan laporan akhir
kepemimpinanku sebagai ketua disalah satu organisasi kemahasiswaan, juga
beberapa aktivitas konsultasi untuk menyempurnakan tesisku untuk menebus
kandidat master, jam 09.10 aku sempatkan untuk melaksanakan dhuhaku di masjid
kampus, selesai 4 rakaat dhuhaku, lembut sayup kudengar suara akhwat sedang
mengisi kajian di salah satu sisi, kudengar isinya dengan penuh khidmat
subahanaAllah, aku tersenyum sambil berbisik “Aah aku yakin Afroh Kamilah jauh
lebih luar biasa dibanding akhwat itu” aku berlalu meninggalkan masjid tanpa banyak
berfikitr dan menuju perpus untuk menemui Ust.Yusuf karena sesuai janjinya
setelah satu bulan mempertimbangkan Afroh akan memberiku jawaban kepastian.
Aku menemui Ust.Yusuf dengan perasaan bercampur aku
tunggu beliau dari menit ke menit belum juga aku temui tanda-tanda kedatangan
beliau, suara akhwat tadi kembali memenuhi pendengaranku, segera kau tepiskan
dengan istighfar.
“Assalamualaikum ya Hafidz”
Suara yang kukenal mengejutkanku aku menjawab dan
menjabat tangan beliau ya itu ust.Yusuf beliau menepati janjinya, sambil
menyodorkan kertas,
“itu jawaban dari Afroh, kamu belum bertemu dengannya?”
aku menerima kertas putih jawaban dari Afroh dengan
perasaan yang tak menentu, aku menggeleng tanda aku belum bertemu dengannya.
“jam 09.30 tadi dia katanya dia ada jadwal mengisi
halaqoh di Masjid kampus”
aku hanya tersenyum, SubahanaAllah desisku itu
artinya suara Afroh yang kudegar tadi,
ust.memintaku untuk membuka isi dari surat itu, begini isinya
“Bismillahirrahmanirrahim, atas nama Allah yang telah
menuntun kita
Aku memilihmu, Ayahku dan keluarga menunggumu”
Singkat namun cukup membuatku tak seperti tak lagi
menginjak tanah.
Raut wajahku mulai terbaca oleh ust.Yusuf
“selamat” dengan senyuman teduh beliau berucap, sambil
menepuk pundakku.
Tanpa menunggu lama satu pekan selanjutnya, ya dengan
mengumpulkan segenap kekuatankku, karena kejadian ini bukanlah kejadian biasa ,
aku melangkah menuju pintu rumahnya tentu tidak hanya aku, aku bersama pengasuh
pondok yang sudah menganggapku sebagi anak mereka, kami disambut hangat oleh
keluarga Afroh.
Bismillah dan kata-kata yang lain telah menjadi kekuatan
untukku saat ini, aku akan berusaha, karena untuk tidak menjadi suami dari
muslimah itu adalah kerugian besar untukku, aku pun tidak ingin ta’arufku
dengannya sia-sia, perbincangan terjadi, aku sampaikan maksud kedanganku
kerumah ini, maksud yang sebenarnya sudah diketahui oleh seluruh isi ruangan
hingga sampailah pada jawaban dari Ayah Afroh yang kutunggu-tunggu.
“Nak bapak telah menyerahkan pilihan tentang teman hidup
sepenuhnya kepada Afroh, bapak percaya kepadanya kalau Afroh memilihmu,
InsyaAllah dengan Ucapan Bismillah kami semua menerimamu”
Ucapan syukur Alhamdulillah beriringan dibibir seluruh
isi ruangan,
Ya Allah lirihku, aku tersungkur dalam sujud, bersyukur
atas keindahan skenario yang Allah susun untuk hidupku.
Seorang ibu keluar bersama anak gadisnya dari kamarnya
subhanaAllah dialah Afroh, teduh parasnya, disana aku benar-benar melihat
pancaran aura ketawaddhuan seorang hamba kepada Rabbnya, kepatuhan seorang anak
kepada Ayah Ibunya, “Astaghfirullah” desahku dia belum halal menjadi milikku
segera kutundukkan wajah dan mengundang tawa seisi ruangan karena tingkahkku,
aku malu dibuat tawa itu.
Afroh duduk persis didepanku, aku merasakan persaan yang
tak menentu, sekilas sepertinya begitupun dengan Afroh.
Pengasuh Pesantren yang merupakan wali dariku menanyakan
mahar yang merupakan hak wanita dan Afroh tentunya.
“Saya ingin
mengajukan permintaan, yang keseluruhan dalam diri saya akan menjadi
halal untuk mas Hafidz, kalau mas Hafidz mau memenuhi permintaan ini”
“InsyaAllah Afroh” jawabku singkat, semua terdiam
menunggu permintaan Afroh yang merupakan jembatan keridhoan Allah ini.
“Nikahi aku malam ini juga”
Lembut namun tegas Afroh berucap, seisi ruangan
keluargaku dan keluarga Afroh tercengang dibuatnya, begitupun denganku.
“Afroh, apa tidak terlalu terburu-buru nak?”
Potong ibunya, beberapa orang mengangguk tanda setuju.
“Ibu, bukankah baginda Muhammad sendri yang mengatakan,
bahwa ketika seorang pemuda telah mampu menikah maka menikahlah, dan menyegerakan menikah juga bagian dari
perintah, sungguh saya tidak akan memaksa mas Hafidz beserta keluarga”
“InsyaAllah Afroh, dengan ucapan Bismillah dan berharap
pertolongan Allah, saya akan menikahi anti malam ini juga”
Senyuman tulus terukir dan hamdalah beriringan disetiap
bibir.
Suara adzan Isya menggema seluruh kota Bandung, rakaat
demi rakaat telah usai dan ditutup dengan salam inilah momen bersejarah dalam
hidupku dengan disaksiakan oleh jamaah masjid, para malaikat memayungi dan
Rahmad Allah tentunya, aku dinikahkan oleh Ust.Zainal Ayah dari Afroh semuanya
berjalan dengan sederhana namun begitu Khitmat, Ijab dan qabul terlantun dan
kini Alhamdulillah, terkirim senyuman tulus disetiap bibir jama’ah kini Allah
menitipkan si perfect muslimah itu kepadaku Afroh Kamilah, yang dengannya
sempurnalah iman kami halallah kami antara satu dengan yang lain halal dimata
umat dan hadapan Allah tentunya.
Malam ini menjadi malam yang begitu indah untuk kami semua,
terkhusus aku dan Afroh, Aku mencintainya kukecup keningnya untuk kali pertama,
jujur saat itu aku merasa menjadi lelaki yang paling beruntung diantara
laki-laki yang ada didunia ini, dan itu semakin membuatku tak henti bersyukur
kepada Allah.
Kami menggelar sejadah untuk melaksanankan 2 rakaat
sholat sunnah aku imam tentu Afroh makmumnya dan kami tutup dengan salam, Afroh
mendekat dan mencium punggung tanganku “Alhamdulillah” kembali terlantun.
Aku pikir kebahagian itu akan selalu bersamaku tetapi
dugaanku salah, ternyata selang yang singkat aku diuji oleh Allah dengan ujian
yang sangat berat dan disinilah puncak kesediahanku, Allah mengambilnya persis
disaat Afroh menunjukkan tawaddhuknya dengan mencium punggung tanganku, ya.
Seolah-olah tak percaya dan tak terima, namun siapalah aku ini untuk Afroh
dibandingkan penciptanya, namun syukur masih wajib aku lantunkah akulah pemuda
yang dipilih Allah untuk menyempurnakan agamanya, dan ia penyempurna agamaku.
Dia hanya titipan yang kapan saja Allah berhak untuk mengambilnya kembali,
begitu pula dengan hidupku yang juga merupakan pinjaman dariNya.
Hamba kembalikan Afroh kepadaMu ya Allah.
Baiklah, muslimahku tunggu mas di JannahNya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar