Powered By Blogger

Senin, 04 Januari 2016

SEKEJAP KHIDMAT, PENGGUNCANG ‘ARSY



               Khem, kau adalah bagian dari inspirasiku untuk kembali menulis, ini adalah salah satu kisah dari kumpulan cerpen yang sudah terbentuk dalam sebuah Buku ...
SEKEJAP KHIDMAT, PENGGUNCANG 'ARSY 
Oleh : Ana Haninah Billini
Dibawah naungan langit malam dengan segala hiasan indah tiada tara, diatas hamparan bumi dengan segala lukisan panjang yang terhampar, kehangatan mentari pagi, panas matahari siang yang seolah membakar kulit dan dinginnya semilir angin malam, merupakan bagian dari bukti keagungan cinta Allah, ya malam itu kota Solo begitu sejuk, awan tebal menyelimuti hampir seluruh bagian kota, aroma tanah akibat gemercik rintikan hujan dari langit yang membasahi bumi, sesekali terdengar siulan pepohonan yang diterpa keramahan sapaan angin malam yang seolah bertasbih memuji keagungan sang ilahi yang telah mengaruniai titik demi titik air dari langit.


Persis jam 21.00 aku sampai dikomplek pondok setelah lelah seharian manghabiskan waktu dengan tumpukan rutinitas kuliah, membina santri, mengisi halaqoh-halaqoh dan setumpuk amanah dakwah yang lain, aku adalah pemuda kelahiran Jombang yang diamanahkan oleh almarhum ayahku untuk melanjutkan pendidikanku di kota ini sekaligus mengabdikan diriku di salah satu Pondok sahabat ayahku Pondok Qalbun Salim tepatnya didaerah Solo.
“sendirian lagi Hafidz?”
sapa seorang penjaga kepadaku, sudah puluhan tahun beliau mengabdikan dirinya di pondok ini, beliau asli Malaysia Hasan namanya, aku hanya tersenyum dan mengangkat alisku tanda sepakat.
“tak terasa ya, sudah hampir  5 tahun kau disini, sudah seperempat abad alias 25 tahunan la umurmu tu, kapan kau sempurnakan agama kau tu Fidz?”
tambahnya lagi dengan logat Malaysianya, pertanyaan yang seolah menambah penatku.
“Nanti kalau waktunya Pak, dia ada pada kuasa Allah”
jawabku santai, walau sebenarnya akhir-akhir ini pikiranku sedang berkecamuk memikirkannya “Haah macam mana kau ni, jodoh itu seperti rezeki kalau kau tidak berusaha untuk menjemputnya ditangan Allah, ya selamanya dia ditangan Allah”
jawabnya membuatku semakin gundah.

“saya percaya, dia tidak kemana-mana kok pak”
jawabku lagi dengan senyum sambil terus berusaha menyembunyikan kegundahan itu
“hahah memang Fidz, tapi kalau kamu sama sekali tidak melakukan apa-apa, dia tidak akan kemana-mana, masih la ditangan Allah dan tidak akan menjadi milikmu”
Beliau berlalu meninggalkannku dengan kegusaran, aku tak bisa menafsirkan apa yang kurasakan kala itu.
“Ya Allah” desahku panjang, sambil kutundukkan wajah kusapu keringat dingin yang membanjiri wajah dan terus melanjutkan perjalan menuju bilikku, pertanyaan tadi membuat malam ini lebih panjang dari malam-malam sebelumnya, aku kehilangan rasa penatku. Malam itu aku habiskan dengan do’a disela-sela sujud panjang, berharap agar Allah memudahkan urusanku.
Hari-hari selanjutnya aku kembali pada aktivitasku, tentu  dengan semangat dan tambahan prioritas menjemput bidadari, seorang yang mau mendukung da’wahku, memberiku semangat dengan senyumnya ketika semangat yang kumuliki mulai redup, seorang bidadari yang siap menjadi pendampingku, menerimaku sebagai imamnya, sejak malam itu semangatku untuk memperbaiki diri dan menghasilkan karya nyata timbul berkali-kali lipat dari yang biasanya hingga akhirnya aku utaran maksud itu kepada seorang dosen yang terbilang dekat denganku di kampus berharap dia bisa memberiku bantuan akan masalahku ini.
“ada! ana punya kenalan dia mahasiswi di jurusan farmasi yang sekarang sedang mengejar S2nya akhlaknya indah, teduh parasnya, brilian otaknya, mantab ilmu agamanya, luas pergaulannya, dahsyat perstasinya, hebat kontribusinya, luar biasa dia perfect muslimah kalau menurut ana Fidz”
Aku tersenyum tanpa komentar mendengar beliau menjelaskan tentang si perfect muslimah itu.
“Tapi tidak mudah kalau antum ingin dapatkan dia Fidz, antum harus siap-siap, dia impian banyak pemuda, tentu dengan pribadi seindah itu, dia juga selektif dalam memilih pasangan hidupnya”
Sambil tersenyum Ust.Yusuf menjelaskan, aku percaya Allah akan memampukan hambanya yang tidak mampu, apalagi sekarang niatku ingin beribadah kepadaNya.
“Siapa namannya Ust.?” tanyaku memberanikan diri
“Afroh Kamilah, bagaimana kau sanggup? Aku langsung yang akan membantumu jika  kau bersedia, pastinya tidak mudah untuk mendapatkan sesuatu yang istimewa”
Sambil menepuk pundakku Ust.Yusuf memberi penjelasan, selang beberapa hari baru ku tau bahwa ust.Yusuf ini adalah satu-satunya keluarga Afroh di Solo dia gadis Asli Bandung.
Aku mengangguk sambil tersenyum “InsyaAllah Ust. saya siap!” jawabku pasti.
Ust.Yusuf memintaku untuk membuat tulisan singkat tentang siapa aku dan bagaimana perjalanan hidupku untuk memudahkan proses pengenalanku dengan Afroh aku mengangguk pasti tanda sepakat.
Akupun berusaha memburu informasi tentang  siapa itu Afroh Kamilah, dari berbagai sumber yang aku dapatkan memang benar apa yang disampaikan oleh ust.Yusuf dia adalah perfect muslimah masa kini, banyak pemuda yang menaruh hati dan berharap kepadanya.
Beberapa bulan ini aku sering menghabiskan waktuku di Kampus dibandingkan di Pondok karena aku harus mempersipakan laporan akhir kepemimpinanku sebagai ketua disalah satu organisasi kemahasiswaan, juga beberapa aktivitas konsultasi untuk menyempurnakan tesisku untuk menebus kandidat master, jam 09.10 aku sempatkan untuk melaksanakan dhuhaku di masjid kampus, selesai 4 rakaat dhuhaku, lembut sayup kudengar suara akhwat sedang mengisi kajian di salah satu sisi, kudengar isinya dengan penuh khidmat subahanaAllah, aku tersenyum sambil berbisik “Aah aku yakin Afroh Kamilah jauh lebih luar biasa dibanding akhwat itu” aku berlalu meninggalkan masjid tanpa banyak berfikitr dan menuju perpus untuk menemui Ust.Yusuf karena sesuai janjinya setelah satu bulan mempertimbangkan Afroh akan memberiku jawaban kepastian.
Aku menemui Ust.Yusuf dengan perasaan bercampur aku tunggu beliau dari menit ke menit belum juga aku temui tanda-tanda kedatangan beliau, suara akhwat tadi kembali memenuhi pendengaranku, segera kau tepiskan dengan istighfar.
“Assalamualaikum ya Hafidz”
Suara yang kukenal mengejutkanku aku menjawab dan menjabat tangan beliau ya itu ust.Yusuf beliau menepati janjinya, sambil menyodorkan kertas,
“itu jawaban dari Afroh, kamu belum bertemu dengannya?”
aku menerima kertas putih jawaban dari Afroh dengan perasaan yang tak menentu, aku menggeleng tanda aku belum bertemu dengannya.
“jam 09.30 tadi dia katanya dia ada jadwal mengisi halaqoh di Masjid kampus”
aku hanya tersenyum, SubahanaAllah desisku itu artinya  suara Afroh yang kudegar tadi, ust.memintaku untuk membuka isi dari surat itu, begini isinya
“Bismillahirrahmanirrahim, atas nama Allah yang telah menuntun kita
Aku memilihmu, Ayahku dan keluarga menunggumu”
Singkat namun cukup membuatku tak seperti tak lagi menginjak tanah.
Raut wajahku mulai terbaca oleh ust.Yusuf
“selamat” dengan senyuman teduh beliau berucap, sambil menepuk pundakku.
Tanpa menunggu lama satu pekan selanjutnya, ya dengan mengumpulkan segenap kekuatankku, karena kejadian ini bukanlah kejadian biasa , aku melangkah menuju pintu rumahnya tentu tidak hanya aku, aku bersama pengasuh pondok yang sudah menganggapku sebagi anak mereka, kami disambut hangat oleh keluarga Afroh.
Bismillah dan kata-kata yang lain telah menjadi kekuatan untukku saat ini, aku akan berusaha, karena untuk tidak menjadi suami dari muslimah itu adalah kerugian besar untukku, aku pun tidak ingin ta’arufku dengannya sia-sia, perbincangan terjadi, aku sampaikan maksud kedanganku kerumah ini, maksud yang sebenarnya sudah diketahui oleh seluruh isi ruangan hingga sampailah pada jawaban dari Ayah Afroh yang kutunggu-tunggu.
“Nak bapak telah menyerahkan pilihan tentang teman hidup sepenuhnya kepada Afroh, bapak percaya kepadanya kalau Afroh memilihmu, InsyaAllah dengan Ucapan Bismillah kami semua menerimamu”
Ucapan syukur Alhamdulillah beriringan dibibir seluruh isi ruangan,
Ya Allah lirihku, aku tersungkur dalam sujud, bersyukur atas keindahan skenario yang Allah susun untuk hidupku.
Seorang ibu keluar bersama anak gadisnya dari kamarnya subhanaAllah dialah Afroh, teduh parasnya, disana aku benar-benar melihat pancaran aura ketawaddhuan seorang hamba kepada Rabbnya, kepatuhan seorang anak kepada Ayah Ibunya, “Astaghfirullah” desahku dia belum halal menjadi milikku segera kutundukkan wajah dan mengundang tawa seisi ruangan karena tingkahkku, aku malu dibuat tawa itu.
Afroh duduk persis didepanku, aku merasakan persaan yang tak menentu, sekilas sepertinya begitupun dengan Afroh.
Pengasuh Pesantren yang merupakan wali dariku menanyakan mahar yang merupakan hak wanita dan Afroh tentunya.
“Saya ingin  mengajukan permintaan, yang keseluruhan dalam diri saya akan menjadi halal untuk mas Hafidz, kalau mas Hafidz mau memenuhi permintaan ini”
“InsyaAllah Afroh” jawabku singkat, semua terdiam menunggu permintaan Afroh yang merupakan jembatan keridhoan Allah ini.
“Nikahi aku malam ini juga”
Lembut namun tegas Afroh berucap, seisi ruangan keluargaku dan keluarga Afroh tercengang dibuatnya, begitupun denganku.
“Afroh, apa tidak terlalu terburu-buru nak?”
Potong ibunya, beberapa orang mengangguk tanda setuju.
“Ibu, bukankah baginda Muhammad sendri yang mengatakan, bahwa ketika seorang pemuda telah mampu menikah maka menikahlah, dan  menyegerakan menikah juga bagian dari perintah, sungguh saya tidak akan memaksa mas Hafidz beserta keluarga”
“InsyaAllah Afroh, dengan ucapan Bismillah dan berharap pertolongan Allah, saya akan menikahi anti malam ini juga”
Senyuman tulus terukir dan hamdalah beriringan disetiap bibir.
Suara adzan Isya menggema seluruh kota Bandung, rakaat demi rakaat telah usai dan ditutup dengan salam inilah momen bersejarah dalam hidupku dengan disaksiakan oleh jamaah masjid, para malaikat memayungi dan Rahmad Allah tentunya, aku dinikahkan oleh Ust.Zainal Ayah dari Afroh semuanya berjalan dengan sederhana namun begitu Khitmat, Ijab dan qabul terlantun dan kini Alhamdulillah, terkirim senyuman tulus disetiap bibir jama’ah kini Allah menitipkan si perfect muslimah itu kepadaku Afroh Kamilah, yang dengannya sempurnalah iman kami halallah kami antara satu dengan yang lain halal dimata umat dan hadapan Allah tentunya.
Malam ini menjadi malam yang begitu indah untuk kami semua, terkhusus aku dan Afroh, Aku mencintainya kukecup keningnya untuk kali pertama, jujur saat itu aku merasa menjadi lelaki yang paling beruntung diantara laki-laki yang ada didunia ini, dan itu semakin membuatku tak henti bersyukur kepada Allah.
Kami menggelar sejadah untuk melaksanankan 2 rakaat sholat sunnah aku imam tentu Afroh makmumnya dan kami tutup dengan salam, Afroh mendekat dan mencium punggung tanganku “Alhamdulillah” kembali terlantun.
Aku pikir kebahagian itu akan selalu bersamaku tetapi dugaanku salah, ternyata selang yang singkat aku diuji oleh Allah dengan ujian yang sangat berat dan disinilah puncak kesediahanku, Allah mengambilnya persis disaat Afroh menunjukkan tawaddhuknya dengan mencium punggung tanganku, ya. Seolah-olah tak percaya dan tak terima, namun siapalah aku ini untuk Afroh dibandingkan penciptanya, namun syukur masih wajib aku lantunkah akulah pemuda yang dipilih Allah untuk menyempurnakan agamanya, dan ia penyempurna agamaku. Dia hanya titipan yang kapan saja Allah berhak untuk mengambilnya kembali, begitu pula dengan hidupku yang juga merupakan pinjaman dariNya.
Hamba kembalikan Afroh kepadaMu ya Allah.
Baiklah, muslimahku tunggu mas di JannahNya ...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Istiqomah dalam Cinta untukNya, melahirkan kenikmatan disetiap perjalanan Da’wah, Keep Istiqomah ya!! Barokallahu fiik 