Powered By Blogger

Jumat, 01 Januari 2016

Resep Nikmat '6 Prinsip Komunikasi' ala Islam

Kawan, sungguh demikian Luar biasanya agama ini, dari hal terkecil hingga terbesarpun sudah diatur, pun dalam hal hal komunikasi, setidaknya ada 6 prinsip Komunikasi dalam Islam, yang masing-masingnya akan dicoba untuk diuraikan, beserta ayatnya juga penjelasan dari para mufassir.
Selain untuk memenuhi tugas Retorika Dakwah yang diampu oleh bapak Imam Suprabowo, tulisan ini juga berharap bisa meberikan manfaat untuk sahabat pembaca sekalian.
Mari belajar berkomunikasi yang baik karaena dengannya kita juga akan belajar menjadi insan yang baik, lewat tutur komunikasi kita, selamat mengkaji


Nah, Dalam Al-Qur’an telah diungkapkan beberapa etika komunikasi dalam kacamata Al-Qur’an diantaranya adalah.
a.       Qaulan Sadida

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْتَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللهَ وَلْيَقُولُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا
Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar. (An-Nisa:9)
Qaulan sadida adalah berkata dengan benar, senada dengan itu, At-Tabari


menafsirkan kata qaulan sadida dengan makna adil[1]. Al-Buruswi menyebutkan qaulan sadida dalam konteks tutur kata kepada anak-anak yatim yang harus dilakukan dengan cara yang lebih baik dan penuh kasih sayang, seperti kasih sayang kepada anak sendiri[2].
Memahami pandangan para ahli tafsir di atas dapat diungkapkan bahwa qaulan sadida dari segi konteks ayat mengandung makna kekuatiran dan kecemasan seorang pemberi wasiat terhadap anak-anaknya yang digambarkan dalam bentuk ucapan-ucapan yang lemah lembut, jelas, jujur, tepat, baik dan adil.
b.      Qaulan Karima

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا


“Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia..” (QS. Al-Isra : 23)

Al-Maraghi menafsirkan ungkapan qaulan karima dengan makna yang merujuk pada ucapan Ibn Musayyab, yaitu ucapan  seorang budak yang bersalah di hadapan majikannya yang galak[3]. Ibnu Katsir  menjelaskan makna qaulan karima dengan arti lembut, baik, dan sopan disertai tata krama, penghormatan dan pengagungan[4].
 Dengan memperhatikan penjelasan para mufassir di atas, dapat disimpulkan bahwa ungkapan qaulan karima memiliki pengertian mulia, penghormatan, pengagungan, dan penghargaan. Ucapan yang bermakna qaulan karima berarti ucapan yang lembut berisi pemuliaan, penghargaan, pengagungan, dan penghormatan kepada orang yang diajak bicara.


c.       Qaulan Baligha
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلًا بَلِيغًا
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka (QS. An-Nisa ayat 63)
Ungkapan tersebut diartikan sebagai pembicaraan yang fasih, jelas maknanya, terang,  serta tepat dalam mengungkapkan apa yang dikehendakinya. Hamka  menyebutkan bahwa ungkapan qaulan baligha bermakna ucapan yang sampai pada lubuk hati orang yang diajak bicara, yaitu kata-kata yang fashahat dan balaghah (fasih dan tepat); kata-kata yang membekas pada hati sanubari. Kata-kata seperti ini tentunya keluar dari lubuk hati sanubari orang yang mengucapkannya[5]. . Lebih lanjut al-Maraghi mengaitkan qaulan baligha dengan arti tabligh sebagai salah satu sifat Rasul (Tabligh dan baligh berasal dari akar kata yang sama yaitu balagha), yaitu nabi Muhammad diberi tugas untuk menyampaikan peringatan kepada umatnya dengan perkataan yang menyentuh hati mereka[6]. Senada dengan itu, Ibnu Katsir menyatakan makna kalimat ini, yaitu menasihati dengan ungkapan yang menyentuh sehingga mereka berhenti dari perbuatan salah yang selama ini mereka lakukan[7].
Memahami pemaparan para ahli di atas, qaulan baligha  diartikan sebagai ucapan yang benar dari segi kata. Apabila dilihat dari segi sasaran atau ranah yang disentuhnya dapat diartikan sebagai ucapan yang efektif.

d.      Qaulan Maysura
وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِنْ رَبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُلْ لَهُمْ قَوْلًا مَيْسُورًا
Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas. (QS.Al-Isra’28)
At-Tabari  memberikan makna qaulan maysyura dengan makna indah dan bernada mengharapkan[8].
Hamka mengartikan qaulan maysura adalah kata-kata yang menyenangkan, bagus, halus, dermawan, dan sudi menolong orang. Memahami qaulan maysura, baik dilihat dari segi asbab nuzul, kaitan teks dengan konteks adalah ucapan yang membuat orang lain merasa mudah, bernada lunak, indah, menyenangkan, halus, lemah lembut dan bagus, serta memberikan optimisme bagi orang yang diajak bicara[9].
 Mudah artinya dan bahasanya komunikatif sehingga dapat dimengerti dan berisi kata-kata yang mendorong orang lain tetap mempunyai harapan. Ucapan yang lunak adalah ucapan yang menggunakan ungkapan dan diucapkan dengan pantas dan layak. Sedangkan ucapan yang lemah lembut adalah ucapan yang baik dan halus sehingga tidak membuat orang lain kecewa atau tersinggung.
Dengan demikian qaulan maysura memberikan rincian operasional bagi tata cara pengucapan bahasa yang santun.


e.       Qaulan Layyina

Ungkapan qaulan layyina dalam al-Quran terdapat pada surat Thaha ayat 44.
فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَ

maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut mudah-mudahan dia sadar atau takut (QS. Thaha:44)

Secara jelas ungkapan qaulan layyina bermakna perkataan lemah lembut. Menurut al-Maraghi  ayat ini berbicara dalam konteks pembicaraan nabi Musa As. ketika menghadap Fir’aun. Allah mengajarkan kepadanya agar berkata lemah lembut dengan harapan Firaun tertarik dan tersentuh hatinya sehingga dia dapat menerima dakwahnya dengan baik[10]. Ibnu Katsir menyebut qaulan layyina sebagai ucapan yang lemah lembut[11]. At-Tabari menambahkan arti baik dan lembut pada kata layyina[12].
Dengan memperhatikan penjelasan para mufassir tersebut dapat disimpulkan bahwa makna qaulan layyina adalah ucapan baik yang dilakukan dengan lemah lembut sehingga dapat menyentuh hati orang yang diajak bicara. Ucapan yang lemah lembut dimulai dari dorongan dan suasana hati orang yang berbicara. Apabila ia berbicara dengan hati yang tulus dan memandang orang yang diajak bicara sebagai saudara yang ia cintai, maka akan lahir ucapan yang bernada lemah lembut.
Jadi etika komunikasi dalam perpsektif Al-Qur’an, dalam hal qaulan sadida, ma’rufa, baligha, maysura, karima dan layyina dalam al-Quran di atas merupakan bentuk-bentuk tindak tutur yang diajarkan al-Quran. Dari kajian tersebut dapat ditarik beberapa prinsip tindak tutur qurani, yaitu bahwa ucapan seseorang mestilah memiliki nilai-nilai
a.       Kebenaran
b.      Kejujuran
c.       Keadilan
d.      Kebaikan
e.       Lurus
f.       Halus
g.      Sopan
h.      Pantas
i.        Penghargaan
j.        Khidmat
k.      Optimisme
l.        Indah
m.    Menyenangkan
n.      Logis
o.      Fasih
p.      Terang
q.      Tepat
r.        Tenyentuh hati
s.       Selaras
t.        Mengesankan
u.      Tenang
v.      Efektif
w.    Lunak
x.      Dermawan
y.      Lemah lembut
z.       Rendah hati




[1] At-Tabari 1988:Juz III:273
[2] Al Buruswi 1996:Juz IV:447
[3] Al-Maraghi 1943:62
[4] Ibnu Katsir :1999
[5] Hamka 1983:Jilid V:142
[6] Al-Maraghi 1943:129
[7] Ibnu Katsir 1410:743
[8] At-Tabari 1988, Juz 15: 50
[9] Hamka 1983, Juz 15: 50
[10] Menurut al-Maraghi 1943: 156
[11] Ibnu Katsir, 2000:243
[12] At-Tabari 1988: 169

1 komentar:

  1. How to get to Casino Nightclub in Queens, Queens, NY by Bus - JT
    Find 대전광역 출장안마 your next ride to Casino Nightclub near you. 경산 출장샵 Don't 포천 출장안마 miss the action, action and excitement that awaits 천안 출장샵 at Casino 강원도 출장마사지 Nightclub inside Casino Nightclub.

    BalasHapus

Istiqomah dalam Cinta untukNya, melahirkan kenikmatan disetiap perjalanan Da’wah, Keep Istiqomah ya!! Barokallahu fiik 