Shobat ingatkah bahwa di dalam diri kita ada segumpal
daging, yang jika baik daging itu maka baik pulalah kita . Sebaliknya, jika
buruk daging itu maka buruk pula kualitas kita, Na’udzubillah. Daging
yang dimaksud adalah hati. Pada lain hal, setiap amalan manusia
tergantung dari niatnya. Jika niatnya baik maka akan baiklah amalnya, begitupun
sebaliknya
Hati merupakan cerminan segala perbuatan yang kita
lakukan dan perbuatan belum tentu merupakan cermin hati. Perbuatan yang
kelihatannya baik bisa saja ada niat jelek yang tersembunyi di dalamnya.
Kita ambil contoh sedekah, bila dilandasi sifat riya’
atau ingin dianggap sebagai orang dermawan maka sedekah itu tak ada nilainya.
Demikian pula sholat, zakat maupun amalan-amalan lainnya sehingga dalam salah
satu ayat, Allah menyatakan celaka bagi orang-orang yang shalat. Hal itu
disebabkan karena mereka itu lalai dari shalatnya dan senang berbuat riya.
Dalam Al Qur’an dinyatakan ada beberapa tingkatan
kualitas hati sehingga masing-masing dari kita dapat menilai ada di kualitas
yang manakah hati kita selama ini. Kualitas hati yang disebut dalam firman
Allah itu antara lain :
1. Hati yang berpenyakit, yaitu orang yang dalam hatinya terdapat sifat atau
rasa iri, dengki, dendam, pendusta, munafik, riya’, kasar dan sifat-sifat yang
sejenisnya. Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Baqarah ayat 10 : “Di
dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi
mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”. Kemudian dalam Surat
Al Hajj ayat 53 juga disebutkan : “Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan
oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada
penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu
benar-benar dalam permusuhan yang sangat”.
2. Hati yang mengeras, yaitu hati yang berpenyakit namun tak diobati
sehingga menyebabkannya menjadi keras. Kerasnya hati tersebut menyebabkan seseorang
tak lagi mempunyai kepekaan terhadap jeleknya perbuatan yang dilakukan. Bahkan
perbuatan jahat pun akan dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Allah pun
menyinggung hal ini dalam Surat Al An’am ayat 43 : “Maka mengapa mereka
tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang
siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaitan
pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan”.
3. Hati yang membatu, yaitu kualitas hati yang makin memburuk kondisinya
sehingga kalau tak disadari akan meningkat kualitas keburukannya. Sebagaimana
Allah berfirman : “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu,
bahkan lebih keras lagi. Padahal diantra batu-batu itu sungguh ada yang
mengalir sungai-sungai daripadanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur
jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa
yang kamu kerjakan”. (Surat Al Baqarah : 74)
4. Hati yang tertutup, jika hati sudah tertutup maka ia tidak lagi bisa menerima
petunjuk, tetapi masih menunjukkan reaksinya. Setiap kebaikan pasti akan
dikesampingkannya. Allah menyatakan hal itu dalam firmanNya : “Sekali-kali
tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati
mereka”. (Surat Al Muthaffifin : 14)
5. Hati yang mati, kalau hati sudah tertutup maka tingkat yang lebih
buruk lagi adalah hati menjadi mati. Mereka yang memiliki hati yang sudah mati
sudah tidak akan bereaksi lagi dalam menerima petunjuk. Diberi petunjuk ataukah
tidak sama saja, tak ada bedanya. Firman Allah : “Sesungguhnya orang-orang
kafir itu, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri
peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan
pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa amat
berat”. (Surat Al Baqarah : 6-7)
Namun demikian ada satu kualitas hati yang baik, yaitu
hati yang suci di mana ia akan selalu bergetar apabila disebut nama Allah,
sebagaimana yang disebut di dalam Surat Al Hajj ayat 35 :
“(Yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah
bergetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa
mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan
sebagian dari apa yang telah Kami rizkikan kepada mereka”.
Orang yang memiliki hati seperti itu lembut dan ikhlas
adanya. Ia akan mudah iba melihat penderitaan orang lain, suka menolong sesama,
tidak suka kekerasan, sabar, penuh kasih sayang, pemaaf, penuh keikhlasan, dan
selalu ingin berbuat amal kebaikan.
Lalu, bagaimana caranya agar kualitas hati kita itu
menjadi semakin baik? Atau jika hati kita sakit bagaimana mengobatinya?
Teman-teman masih ingat lagunya Opik. “Obat Hati” ada
lima perkaranya. Yang pertama baca Qur’an dan maknanya. Yang kedua, sholat malam
dirikanlah. Yang ketiga berkumpullah dengan orang-orang sholeh. Yang keempat,
perbanyaklah berpuasa. Yang kelima dzikir malam perpanjanglah. Salah satunya
siapa bisa menjalani (kalau bisa semua dijalani), moga-moga Gusti Allah
mencukupi.
Mudah-mudahan kita terhindar dari kualitas hati yang
jelek seperti di atas ya. Sedapat mungkin kita mengarahkan hati kita agar
menjadi hati yang suci diantara orang-orang yang beriman. Meskipun kenyataannya
sulit, dengan niat yang sungguh-sungguh insya Allah, Allah SWT memberikan
kemudahan.
Selamat Bermujahadah ya jangan lupa mencari kunci yang cocok...
Untuk mengobati hati hingga mencapai hati yang lembut karena cahaya Iman.
Untuk mengobati hati hingga mencapai hati yang lembut karena cahaya Iman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar