Powered By Blogger

Minggu, 15 Desember 2013

Musim Gugur yang Mencekam


Jadi membayangkan bagaimana suasana musim gugur daun berjatuhan, udara dingin, sepi tiada interaksi, pagi berkabut, sorepun mendung, dan semuanya lebih memilih dalam diam dan sunyi ... 
Kasian tersisa himpitan senyum dalam tekanan, seonggok kemanusiaan terkapar siapa yang mengaku bertanggung jawab? Jika semuanya menghindar haruskah selalu saya yang menanggungnya ... separuh bahkan semuanya ...

Suara itu  seolah tak mau berhenti menemani setiap rintihan yang tependam, aku seorang ketua di salah satu Organisasi, sebagai ketua yang muncul dibenakku hanyalah bagaimana aku bisa melakukan banyak hal yang terbaik untuk apa yang dipercyakan kepadaku, karna sebuah amanah itu wujud dari kepercayaan, walau terkadang aku sering merasa sendiri didalamnya karena fitnah dan teror-teror yang berkepanjangan dari satu pembina juga teman-teman seprjuangan, 
Syukurku Allah memberiku kekuatan dengan hadirnya patner yang senantiasa berusaha setia untuk dibelakangku ada pembina yang masih percya dengan kepercayaan  yang tinggi dan mereka adalah penguatku ...
Teringat bagaimana kejadian hampir satu tahun silam, ketika pesta demokrasi diselenggarakan dan hasil pemungutan suara menunjukkan bahwa aku adalah bagian dari anggota formatur (orang yang memiliki kesempatan untuk menduduki posisi ketua). Sidang dilaksanankan, dan konflik itu selalu setia menemani semua proses yang bergulir, sebagian besar petinggi pembina memintaku untuk menduduki posisi itu, sedang seseorang yang tidak menyukai kita dan berusaha untuk menjatuhkan itu pasti ada sebutlah nama Reza,. Kesepekatan diambil, pelantikan tidak lama akan diselenggarakan dan aku harus mengorbankan diri untuk duduk diposisi yang tidak pernah aku inginkan, tantangan itu pasti ada, namun rupanya itu taqdir yang harus aku jalani.
    
Banyak perubahan yang ingin dilakukan, dan saat itu juga tindihan bebatuan dan duri yang menganga terhampar disetiap perjalanan, hanya HADAPI satu kata yang harus ku”iyakan”.
Aku memilih untuk terus berjalan, walau rasa sakit fisik karena lelah, sakit batin karna mulut dan sikap yang menykitkan itu,. Dismping itu syukurku tak terhenti karena dikiri kanan Allah masih berkenan untuk memberi penyemangat sebagai pebri kekuatan yang Allah titipkan kepada mereka.
     Teror demi teror dikirimkan oleh saudara itu, fitnah cacian bahkan adu domba adalah suplemen padaku, namun teriumaksihku padanya karna itu akan melatihku untuk lebih kuat dan siap menghadapi apapun yang lebih dahsyat lagi entahlah ,, aku berusaha memperlakukannnya dengan tetap baik, namun hingga detik ini rupanya dia masih belum mau menerimaku sebagai ketua di Organisasi ini,. Teman-teman yang akhir-akhir ini memilih untuk diam, acuh terhadap tugas dan tidak peduli bahkan terhadap program yang semestinya dilaksanakan, dulu rasa sakit yang menghujam ketika aku lihat dan rasakan kejadian itu namun  
 
“Bishobri” bisik mereka penguatku ,,, dan aku menemukan energi baru.

     Kecintaan Allah terkirim lewat jalan yang berbeda lirih ummi, pemberi motivasiku, aku masih harus melakukan tugas ini, dengan berupaya melakukan yag terbaik yang bisa aku lakukan.
Suatu hari nanti, saat semua menjadi masa lalu, aku ingin berada diantara pejuang itu, pejuang-pejuang yang bercerita akan keindahan dalam berjuang. Yang tak pernah kehabisan energi untuk terus bergerak, meski godaan itu pasti ada bahkan banyak yang menggiurkan untuk menghentikanku bahkan berbalik arah,.

1 komentar:

  1. awalnya memang memilih untuk ikut terjun, maka menjadi terpilih adalah konsekuensi yang harus ditanggung...! dan juga hal itu tak terlepas dari kehendak Allah SWT..!

    BalasHapus

Istiqomah dalam Cinta untukNya, melahirkan kenikmatan disetiap perjalanan Da’wah, Keep Istiqomah ya!! Barokallahu fiik 