kita pasti tau kalau di dalam diri manusia tu ada segumpal daging, yang jika baik daging itu maka
baik pula manusia. Sebaliknya, jika buruk daging itu maka buruk pula
kualitas orangnya. Daging yang dimaksud adalah hati. Pada lain hal,
setiap amalan manusia tergantung dari niatnya. Jika niatnya baik maka akan
baiklah amalnya, tetapi jika niatnya tidak baik maka amalnya pun akan bernilai
jelek.
Kedua hal di atas amat berkaitan dengan hati, yang dalam hal ini bukan hati
sebagai organ tubuh. Hati sebagai organ tubuh biasa disebut sebagai liver
menurut ilmu kedokteran. Yang dimaksud adalah qalbu, maka tak heran jika
kemudian ada orang berkata sedang sakit hati, tentu yang sakit bukan organ
livernya.,,
Hati merupakan cerminan segala perbuatan yang kita lakukan dan perbuatan
belum tentu merupakan cermin hati. Perbuatan yang kelihatannya baik bisa saja
ada niat jelek yang tersembunyi di dalamnya.
Kita ambil contoh sedekah, bila dilandasi sifat riya’ atau ingin dianggap
sebagai orang dermawan maka sedekah itu tak ada nilainya. Demikian pula sholat,
zakat maupun amalan-amalan lainnya sehingga dalam salah satu ayat, Allah
menyatakan celaka bagi orang-orang yang shalat. Hal itu disebabkan karena
mereka itu lalai dari shalatnya dan senang berbuat riya.
Termasuk dalam hal ini kurban yang dilaksanakan pada Hari Raya Idul Adha
kemarin. Kalau tidak dilandasi sifat ikhlas tentu yang didapat bukanlah
ketaqwaan pada Allah. Berkurban bukan karena Allah, tetapi karena menginginkan
namanya sering disebut-sebut sebagai sohibul qurban atau karena niat yang
lainnya.
Dalam Al Qur’an dinyatakan ada beberapa tingkatan kualitas hati sehingga
masing-masing dari kita dapat menilai ada di kualitas yang manakah hati kita
selama ini. Kualitas hati yang disebut dalam firman Allah itu antara lain :
- Hati yang berpenyakit, yaitu orang yang dalam hatinya terdapat sifat atau rasa iri, dengki, dendam, pendusta, munafik, riya’, kasar dan sifat-sifat yang sejenisnya. Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Baqarah ayat 10 : “Di dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”. Kemudian dalam Surat Al Hajj ayat 53 juga disebutkan : “Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat”.
- Hati yang mengeras, yaitu hati yang berpenyakit namun tak diobati sehingga menyebabkannya menjadi keras. Kerasnya hati tersebut menyebabkan seseorang tak lagi mempunyai kepekaan terhadap jeleknya perbuatan yang dilakukan. Bahkan perbuatan jahat pun akan dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Allah pun menyinggung hal ini dalam Surat Al An’am ayat 43 : “Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaitan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan”.
- Hati yang membatu, yaitu kualitas hati yang makin memburuk kondisinya sehingga kalau tak disadari akan meningkat kualitas keburukannya. Sebagaimana Allah berfirman : “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantra batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan”. (Surat Al Baqarah : 74)
- Hati yang tertutup, jika hati sudah tertutup maka ia tidak lagi bisa menerima petunjuk, tetapi masih menunjukkan reaksinya. Setiap kebaikan pasti akan dikesampingkannya. Allah menyatakan hal itu dalam firmanNya : “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka”. (Surat Al Muthaffifin : 14)
- Hati yang mati, kalau hati sudah tertutup maka tingkat yang lebih buruk lagi adalah hati menjadi mati. Mereka yang memiliki hati yang sudah mati sudah tidak akan bereaksi lagi dalam menerima petunjuk. Diberi petunjuk ataukah tidak sama saja, tak ada bedanya. Firman Allah : “Sesungguhnya orang-orang kafir itu, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa amat berat”. (Surat Al Baqarah : 6-7)
Namun demikian ada satu kualitas hati yang baik, yaitu hati yang suci di
mana ia akan selalu bergetar apabila disebut nama Allah, sebagaimana yang
disebut di dalam Surat Al Hajj ayat 35 :
“(Yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah bergetarlah hati
mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang
yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa
yang telah Kami rizkikan kepada mereka”.
Orang yang memiliki hati seperti itu lembut dan ikhlas adanya. Ia akan
mudah iba melihat penderitaan orang lain, suka menolong sesama, tidak suka
kekerasan, sabar, penuh kasih sayang, pemaaf, penuh keikhlasan, dan selalu
ingin berbuat amal kebaikan.
Lalu, bagaimana caranya agar kualitas hati kita itu menjadi semakin baik?
Atau jika hati kita sakit bagaimana mengobatinya?
Tentu semua masih ingat lagunya Opik. Obat hati ada lima perkaranya. Yang
pertama baca Qur’an dan maknanya. Yang kedua, sholat malam dirikanlah. Yang
ketiga berkumpullah dengan orang-orang sholeh. Yang keempat, perbanyaklah
berpuasa. Yang kelima dzikir malam perpanjanglah. Salah satunya siapa bisa menjalani
(kalau bisa semua dijalani), moga-moga Gusti Allah mencukupi.
Mudah-mudahan kita terhindar dari kualitas hati yang jelek seperti di atas.
Sedapat mungkin kita mengarahkan hati kita agar menjadi hati yang suci diantara
orang-orang yang beriman. Meskipun kenyataannya sulit, dengan niat yang
sungguh-sungguh insya Allah, Allah SWT memberikan kemudahan untuk meraih apa yang menjadi cita".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar