Powered By Blogger

Senin, 22 April 2013

SHOLAT KHUSUK, sulit gak???



Bismillah.
hy jumpa lagi, enaknya bahas apa ya??,
Sholat yang khusuk ....!!! sulit kah??

 hem boleh...
Mata lelaki itu tak bisa diam. Tengok kiri ke kanan, tidak tenang. Tangannya masih bersedekap, karena memang dia masih dalam posisi shalat. Saya melihatnya terus, karena menurut saya dia itu lucu. Kok saya bisa melihat? Ya, karena saya sudah selesai shalat dan dia belum, dia makmum masbuk. Tidak tahu makmum masbuk itu apa? Tanyakan pada ustadz terdekat dengan Anda.
Jelas shalat masnya itu tidak tenang. Atau dalam bahasa yang lebih bisa diterima, tidak khusyu’. Ngomong-ngomong tentang shalat khusyu’, beberapa hari ini telinga saya sering mendengar kata-kata itu. Beberapa hari yang lalu, seorang mubaligh senior di SOLO, Ustadz Taufik Usman, di sebuah radio, menyayangkan mahalnya biaya pelatihan shalat khusyu’ seharga 900 ribuan. “Buat masak sayur aja belum tentu ada, biaya pelatihan segitu mahalnya.” Hehehe.
Setelah hari itu, pagi hari saya juga mendengar Teh Ninih, istri pertama Aa Gym, memberikan tausyiah di radio bila shalat khusyu’ bisa digapai dengan banyak hal. Selain dengan mengikuti berbagai pelatihan shalat khusyu’, beliau menyarankan membaca buku-buku shalat khusyu’. Lagipula khusyu’, menurutnya, bukan terus tidak ingat apa-apa. Tapi harus selalu ingat tentang shalatnya dan konsen dalam shalat itu.
Bagaimana dengan shalat saya? Ah, ternyata juga tidak jauh beda dengan yang lain. Shalat saya masih belum khusyu’. Saya masih saja teringat judul buku, tema buku, atau sesuatu yang harus saya tulis. Ide-ide itu bermunculan justru ketika saya sudah berdiri dan takbiratul ihram. Memori otak saya mendadak berjejalan ide-ide kreatif yang ketika tidak dalam posisi shalat tidak keluar ide-ide itu. Atau malahan saya sering teringat barang yang hilang ketika shalat, dan saat shalat itulah saya jadi tahu dimana barang hilang itu saya simpan. Wah, memalukan ya…
Kalau saat ini saya harus mengikuti pelatihan seharga 900 ribuan, mungkin akan bengkak pengeluaran saya, dan hal itu benar-benar tidak seimbang bagi keuangan saya yang masih kembang kempis ini. Tapi kalau terus saja dibiarkan, maka shalat kita bak orang yang hanya menggugurkan kewajiban saja. Lha terus enaknya gimana? Ya tetep shalat, jaga ketepatan waktunya, dan jaga hati dan pikirannya agar selalu konsentrasi. Kalau mulai melenceng berpikir yang lain, selalu kembali ke rel semula.

Srak-Srok Hingga Angop
Apa yang saya sampaikan di atas lebih banyak dipengaruhi oleh faktor internal diri saya. Padahal ke-tidak-khusyu’-an kita mungkin saja dipengaruhi oleh faktor luar. Saya pernah mengalaminya juga. Saat itu saya shalat di samping seorang laki-laki yang hidungnya tidak bisa diam. Seperti orang pilek, hidungnya “Srak-srok srak-srok…” Bunyinya kenceng, tidak pelan. Terus terang saya sangat terganggu. Tidak hanya pada posisi berdiri, saat ruku’ dan sujud pun suara itu tidak hilang, “Srak-srok srak-srok…” Hingga kini saya mencoba menghindari lelaki itu bila shalat berjamaah di masjid.
Pengalaman yang lain saat saya shalat di samping seorang lelaki yang kepalanya tidak bisa diam. Dia selalu mobile dengan gerakan kepala ke kanan dan ke kiri. Tidak bisa tenang, selalu bergerak dengan frekuensi yang sangat tinggi. Saya tidak tahu, mungkin itu merupakan penyakit baginya yang susah dihilangkan. Kali saja ada syaraf motorik dia yang bermasalah. Tapi terus terang, saya sangat terganggu. Kepalanya gerak-gerak terus-menerus, sementara bau badannya selalu menyengat, apalagi bila shalat maghrib di sampingnya. Bisa dipastikan bau badannya belum hilang, karena dia pasti belum mandi. Meski baju shalatnya bagus, tapi dia memang belum mandi.
Satu lagi, saat shalat ‘ashr atau zhuhur berjamaah. Di samping saya berdiri seorang laki-laki berambut keriting dengan mulut yang agak lebar. Mohon maaf bukan berarti sara. Sejak takbiratul ihram hingga salam, sudah berkali-kali ia menguap, “Angop!” Wah saya benar-benar tidak bisa tahan. Setelah shalat saya lihat wajahnya, untuk identifikasi siapa tahu nanti ketemu lagi. Dan benar saja, saya sudah kenali wajahnya, sehingga saya tidak perlu lagi shalat di sampingnya.
Shalat khusyuk memang susah, tapi kita harus berusaha meraihnya. Diri, jamaah masjid, dan kondisi masjid harus dikondisikan agar nyaman dan mendukung ke-khusyu’-an kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Istiqomah dalam Cinta untukNya, melahirkan kenikmatan disetiap perjalanan Da’wah, Keep Istiqomah ya!! Barokallahu fiik 