Powered By Blogger

Sabtu, 13 Agustus 2016

Komunikasi Efektif dalam Keluarga



Tiada ucapan seindah salam
Penebar kedamaian dalam berislam
Hiaskanlah ia selalu di pagi, siang, hingga malam
Semoga damai terus bersemayam
Di dalam keluarga yang tenteram


Jika menurut Forsdale (1981) seorang ahli ilmu komunikasi : Dia menerangkan dalam sebuah kalimat bahwa  Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu sistem dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa sinyal-sinyal yang dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan aturan. Maka John Gray Ph.D menyatakan bahwa Laki-laki dan perempuan adalah dua mahluk yang berasal dari dua planet yang berbeda, jika laki-laki dari Mars maka perempuan berasal dari Venus. Kita mengerti, jangankan berbeda planet, berbeda desa sudah berbeda bahasanya, bisakah kita bayangkan bagaimana jika mahluk dari Mars dan Venus ini bertemu dan berkomunikasi. Kebutuhan emosi, komunikasi keduanya juga berbeda. Jika wanita membutuhkan  perhatian, pengertian, hormat, kesetiaan, penegasan, dan jaminan. Maka yang dibutuhkan oleh mahluk dari Mars ini adalah  kepercayaan, penerimaan, penghargaan, kekaguman, persetujuan dan dorongan,  Mari kita amati tabel berikut.

Kesalahan Wanita
Mengapa Pria Merasa tidak Dicintai
Mencoba memperbaiki tingkah lakunya dan menolongnya dengan menewarkan Nasihat yang baik yang tidak diminta
Merasa tidak DIPERCAYA
Mencoba mengubbah dan menguasai tingkah laku dengan menyampaikan kesalahan dan perasaan negative-nadanya memanipulasi dan menghukum
Merasa tidak DITERIMA
Tidak menghargai terhadap apa yang telah dilakukan, tetapi mengeluh mengenai apa yang tidak dilakukan
Merasa tidak DIHARGAI
Membetulkan tingkah lakunya dan memberitahu apa yang seharusnya, seolah-olah ia anak kecil
Merasa tidak DIKAGUMI
Perasaan kecewa diungkapkan tak langsunng dengan pertanyaan tetoris “Mengapa kau lakukan itu”?
Merasa tidak DISETUJUI
Ketika pria mengambil keputusan atau mengambil inisiatif
Merasa tidak DIDORONG dan justru dikecilkan hatinya

Kesalahan Pria
Mengapa Wanita Merasa tidak Dicintai
Tidak mendengarkan, mudah terbagi perhatiannya, tidak mengajukan pertanyaan yang penuh minat atau perhatian
Merasa tidak DIPEDULIKAN
Mengartikan perasaan secara harfiah, ia menganggap perempuan itu perlu menyelesaian, karena itu ia memberi solusi.
Merasa tidak DIMENGERTI
Mendengarkan tapi kemudikan marah dan menyalahkan-karena sebenarnya salah atau-karena membuatnya kecewa dan patah semangat.
Merasa tidak DIHORMATI
Menganggap banyak hal pentiing lain-pekerjaan, anak-harus diselesaikan dari pada berlama-lama mendengarkan istri tanpa menemukan solusi.
Merasa sang suami tidak SETIA
Bila wanita marah, pria menjelaskan mengapa pria benar dan mengapa seharusnya wanita tidak boleh kecewa.
Merasa tidak dihargai, atau pria tiidak TEGAS menghargainya
Setelah mendengarkan, tiidak mengatakan apa-apa, atau pergi begitu saja-atau tidur.
Tidak merasa mendapat JAMINAN
(Salim A.Fillah 2011)
Nah, berbeda dan jika tidak disikapi dengan pemahaman dan penerimaan, suami akan merasa istrinya banyak menuntut. Dipihak lain, istri menganggap suaminya egois dan mementingkan diri sendiri. Berlapanglah, in syaa Allah ada kebaikan disana rumuskanlah kompromi-kompromi atas dasar win-win solution. Bisa kan?

        Ada lagi yang berbeda antara suami dengan istrinya. Yaitu tentang cara menjaga hubungan cinta antara keduanya seorang istri seperti gelombang. Kemampuannya mencintai seseorang naik-turun sesuai dengan apa yang dirasakannya dalam hubungan. Jika ia merasa suaminya mencintainya dan itu ia rasakan dala kemesraan-kemesraan dan kedekatan dengan mereka selama waktu-waktu ini, ia akan semakin mencintai suaminya. Jika ia merasakan suaminya merasa menjauh, suaminya tak lagi mesra, akan ada yang ia pertanyakan tentang cinta mereka berdua.
        Sedangkan seorang suami seperti karet gelang. Ia secara otomatis berubah antara membutuhkan kedekatan dan kemandirian. Pada saat tertentu kata Syaikh Shaleh bin Ahmad Al-Ghazali, terkadang seorang suami membutuhkan kesendirian di beberapa saat. Dimana disaat itu ia ingi melepaskan diri dari istri dan anaknya serta tekanan hingga ia kembali menjadi dirinya sendiri. Bisa jadi kesendirian itu bertujuan untuk mengumpulkan kembali kekuatan jiwa dan raganya dengan menjauhkan diri dari pengaruh-pengaruh luar. Hal ini sama sekali bukan cermin ia sedang lari dari tanggungjawabnya, atau cintanya berkurang, atau ingin meninggalkan. Tidak sama sekali, hal ini adalah sesuatu yang alami, naluriah. Maka kata Syaikh Shaleh menasehatkan hendaklah seorang istri memahami hal ini.
        Pertanyaannya sekarang bagaimana gelombang bekerja? Gelombang menimbulkan masalah yang sama dengan masalah yang sebelumnya bekerja. Dengan dipicu masalah yang baru. Maka, biasanya kalau istri sedang marah atau kecewa, ia akan mengungkit masalah di masa yang jauh, menghubungkannya, ia menjadi historis. Sebenarnya kata Ust. Salim A fillah, kuncinya hanya mendengarkan dan memahami. Sebab apa yang dikatakan oleh istrinya  adalah perasaannya. Artinya bukan fakta, hanya perasaan.
        Sebaliknya bagaimana karet kelang bekerja? Karet gelang memiliki siklus bekerja menjauh dan mendekat. Jangan heran jika ia ingin selalu dekat dengan anda, tetapi di waktu yang lain, ia lebih tertarik melihat televisi dibanding istri yang berdandan rapi. Jangan heran jika suatu saat ia menikmati liburan bersama anda, namun di waktu yang lain ia lebbih asik bersama Al-Qur’an dan Koran tanpa peduli daengan kesibukan anda. Begitulah caranya berkomunikasi, mengertilah.
        Jika seorang istri panik saat karet gelang suaminya merenggang, kata John Gray, lalu ia secara naluriah berusaha memperbaiki hubuungan dan mendekat, itu hanya kan membuat suaminya semakin menarik diri. Tenang saja, setelah beberapa waktu pria menarik diri, ia akan kembali. Ia akan bersikap penuh cinta dan dukungan seolah kemaren tidak terjadi apa-apa. Saat inilah seorang istri harus menghilangkan traumanya kemarin untuk menciptakan pembicaraan yang lebih hangat.
        Ada yang menarik pula tentang kebiasaan, kebiasaan wanita adalah, memberi saran tanpa diminta, secara umum, lelaki tidak menyukainya meski masih dapat mentoleransinya. Yang paling berbahaya adalah, jika saran, komentar dan kata ‘seharusnya’ hadir saat ia ‘serada dalam guanya’. Kalau seorang istri bertanya ‘Mbok cerita to yank,,, ada masalah apa?” bisa dijamin jawaban dari semua laki-laki sama “Aku tidak papa” kata tidak papa ini segera diterjemahkan sebagai “ kalau kami membiarkanku menyendiri sesaat untuk meredakannya, in syaa Allah akan beres. Tapi kalau kamu terus memintaku untuk bercerita dan memebriku aneka saran. Segalanya kan semakin runyam. Dan kita pasti akan bertengkar”. Dalam stilah John Gray, jika anda mengusik suami yang sedang ada dalam guanya, anda akan tersembur naga. Saat itu suami anda hanya perlu sendiri.
        Nah, jika menghadapai keadaan komunikasi yang seperti ini apakah yang seharusnya dilakukan oleh seorang istri yang baik?. Beri kesempatan padanya untuk sejenak berada dalam guanya. Jika suatu saat ia tak berminat melayani pembicaraan. Maka simpanlah dulu cerita dan kisah menarik yang ingin anda sampaikan sampai ia keluar dari guanya.  dan sebagai istri jika ia telah keluar dari guanya, sambutlah dengan kehangatan, wajah yang ceria, senyum yang mesra juga secangkir teh, dengan komunikasi yang efektif maka terciptalah rasa saling memahami juga menjadi penjagaan yang dapat  mendatangkan rahmad dalam keluarga ....




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Istiqomah dalam Cinta untukNya, melahirkan kenikmatan disetiap perjalanan Da’wah, Keep Istiqomah ya!! Barokallahu fiik 